Rona puncak senja merebah di antara kita
Biaskan semburat jingga pada kursi pelangi
Kita bersandar di bawah rindang akasia
Menjemput hening dalam hati
Sapa bayu membuai kenangan kita
Melemas cemas pada pudar bayang-bayang
Kita hitung senyum gugur daun akasia
Rindu tetap menyibak pandang
Perlahan senja memudar
Kita balutkan rindu pada angin yang melintas
Melagukannya pada kedalaman tatap
Dimana hening kita berakar
Malam menjemput tanpa bawa kelam
Kita gegas rumuskan suatu gugusan rindu
Meredam gundah, mencipta nada
Mewujud rerupa nuansa di sisa-sisa asa
Saat kau atau mungkin aku
Memandang mataku atau matamu
Sayap-sayap hening lembut mengepak
Menganyam seribu rahasia diantara kita
Yang masih belum jua terungkap mata
Bilurkan getar-getar rasa
Ketika kau atau bila aku
Membaca hening di relung hati terdalam
Gulir malam kian buaikan hening
Kita terbius aroma penantian
Tenggelam, lesap bersama bunyi gugurnya dedaun
Irama degup-degup jantung terus teduh mengalun
Kala kau atau niscaya aku ;
Akhirnya memahami isyarat dari dua pasang bola mata
Sahabat, aku bukan mentari yang biasa menerangi
Namun aku terbakar jika kau disentuh api
Pun aku sahabat, yang bukan purnama di gelap malam
Namaku purna andai bayangmu terdera kelam
Tegal-Gorontalo-Palembang, 08042010
Puisi Kolaborasi 3 Sahabat: Yazid Musyafa, Arther Panther Olii, dan Fran HY
Obat Kesemutan Tradisional
1 tahun yang lalu
0 sahutan:
Posting Komentar