TENTANG DUA JARUM DI JAM DINDING YANG MENDADAK PATAH

on Rabu, 11 Agustus 2010
seperti biasa, aku selalu menggenggam
sebuah jam dinding saat aku hendak pergi
kemanapun aku hendak berlari

dan seperti biasa pula, kedua jarum
jam dinding di tanganku itu mendadak
patah. dan waktu kehilangan arah
tepat ketika mata aku
menemukan sepasang mata kamu, naira.


-kertapati, 2010

FIKSIMINI DI TWITTER [8 Juni 2010 #topikfiksimini Ngotot]

on Rabu, 09 Juni 2010
1.
Karena ngotot tak mau mandi. ia jadi kelupaan menyikat gigi.

2.
Ngotot ingin pacaran, seorang pemuda meminta sang ibu jadi pacarnya.

3.
Striker haus gol itu ngotot memasukkan bola ke gawang, padahal waktu pertandingan sudah habis.

4.
Meski sudah dinyatakan menang TKO, petinju dari Indonesia itu ngotot ingin menang angka.

5.
Walau sudah dikasih tahu berkali-kali, wak Somad tetap ngotot kalau sholat magrib itu dijalankan 4 raka'at.


[@Fran_HY]

TENTANG KITA DAN WAKTU

: hendry pabean

sering, kita mengamati seberapa pekat malam
yang dituang dalam cawan hitam. gelap. dan
kadangpula kita bercengkrama dengan embun
yang masih baru. basah. ketika mata kita
tak jua hendak terpejam.

lalu, pada masa rumputrumput hijau bergelora
disana, di tanah para dewadewa dipuja, kita sering
menuding langit, berteriak sekeras-kerasnya teriak,
murung sepedih-pedihnya murung. lusuh. namun kita tahu
rumput akan tetap hijau.

dan kini, ketika api di lilin mulai menyala, heninglah
kau sejenak. diam. maka niscaya kau yakini
bahwa pagi, sebentar lagi
bertandang.


Juni, 2010

FIKSIMINI DI TWITTER [7 Juni 2010 #topikfiksimini Dorong-dorongan]

on Selasa, 08 Juni 2010
1.
Ketika melihat sekelompok pemuda main dorong2an di wilayah kekuasaannya. hantu penunggu jurang tersinggung, dan siap menjahili.

2.
Saat band kesayangannya tampil, seorang petugas keamanan jingkrak2 dan dorong-dorongan dgn penonton umum di barisan terdepan.

3.
Abis main dorong-dorongan, ia masuk RSCM. seluruh tubuhnya melepuh. ia main di depan kuali besar dengan air mendidih.

4.
Saat tahu tim lawan memasang Mike Tyson sebagai striker, semua pemain langsung dorong-dorongan jadi kiper.

5.
karena didorong teman dari belakang, tak sengaja kusentuh payudaranya. pas mau minta maaf, kusadari ada jakun di lehernya.


[@Fran_HY]

FIKSIMINI DI TWITTER [6 Juni 2010 #topikfiksimini Terlanjur Basah]

1.
terlanjur basah mati akibat bunuh diri, ia pun berniat segera menguburkan tubuhnya di TPU terdekat.

2.
Mumpung jadi anggota dewan. ia ingin merasakan tidur sepuasnya di ruang sidang. terlanjur basah, pikirnya.

3.
"terlanjur basah boy, salah ngangkat kartu tadi" ujar wasit, ketika diprotes seorang pemain yg diberinya kartu merah.


[@Fran_HY]

FIKSIMINI DI TWITTER [5 Juni 2010 #topikfiksimini Hidup Lagi]

1.
di tepi jembatan, si manis berdiri memegang parang. baru kemarin ia hidup lagi.

2.
karena burung majikannya tak mau hidup lagi, inem memutuskan untuk berhenti jadi pembantu seksi.

3.
sebelum dikubur, koruptor itu hidup lagi. ia berpesan agar separuh hartanya ikut dikuburkan bersamanya.

4.
demi bisa hidup lagi, si fulan yang baru mati pagi tadi siap menyogok Tuhan dengan uang berapapun.

5.
mendengar video mesum LM dan A beredar di internet, Udin Cabul nekat hidup lagi, penasaran.

6.
Karena geram dengan israel, malaikat kubur memohon pada Tuhan agar Adolf Hitler dihidupkan kembali saja.


[@Fran_HY]

FIKSIMINI DI TWITTER [4 Juni 2010 #topikfiksimini Lumpur]

1.
Coklat yang kumakan menyisakan lumpur di gigi-gigi mereka.

2.
demi bisa melihat turis bule dari dekat, kukubur rumahku dengan lumpur.

3.
"wah, kok mukanya cerah banget mas Fuckrie? abis dari mana?" "hehe, ya iyalah cerah, abis jalan-jalan liat lumpur di sidoarjo"


[@Fran_HY]

FIKSIMINI DI TWITTER [3 Juni 2010 #topikfiksimini Bos]

1.
Hari ini bos rajin sekali, seluruh ruangan di kantor dengan rapih ia bersihkan.

2.
tok tok tok. "silakan masuk.." "permisi bos, ini kopinya, mau taruh dimana?" "sini bos, taruh diatas meja saya"

3.
"Sialan bos kamu itu, ngomong kok seenaknya" "bos saya kan anda pak" "lah, seenak saya dong mau ngomong apa"


[@Fran_HY]

FIKSIMINI DI TWITTER [2 Juni 2010 #topikfiksimini Menanti Jawaban]

1.
Pengacara itu diam menanti jawaban dari kliennya. namun kemudian, sang klien membunuh pengacara itu diam-diam.

2.
Ibu itu berdiri di depan warungnya. 3 menit kemudian, warungnya roboh. 1 jam berlalu, sang ibu masih berdiri disana.

3.
Demi menunggu jatuhnya jawaban Tuhan atas doa-doanya. Si Mamat sampai tertidur di atas sajadah sampai pagi

4.
Bosan terus-terusan jadi cadangan, pemain bola itu banting setir jadi pemain sirkus. bagaimana pendapat kalian?


[@Fran_HY]

KEPADA ENGKAU

bukan. bukan aku tak mau membuka pintu
untukmu. namun, perlu engkau mengerti
sesungguhnya kamarku ini
tak sebersih dugaanmu, dan
kaupun harus tahu
saat ini, dindingnya bukan
berwarna biru.



[03.38 AM][262010]

HUJAN

on Kamis, 20 Mei 2010
ada yang jatuh
dari atas kepalaku
serupa ribuan jemari
yang menganyam air
menjadi duri

ada yang jatuh
dari atas kepalaku
kemudian merembes
k
e

d
a
s
a
r
kakiku.


19 Mei 2010

BUNGA RAMPAI PUISI ULTAH UNTUK FRAN HY

on Rabu, 19 Mei 2010
DUA ANGSA DI KEPALA [oleh: Windy Aurora Senja]


: Fran HY

Sedari subuh kutunggui dedaunan yang menggigil di depan rumah. Mengering. Embun terhisap senyum ramah ; mentari menyembul di sebalik bukit. Menawarkan hidup yang bergairah. Alur waktu terus memutar jalur. ; berjentera, enggan berbalik mundur. Musim menagih janji semai. Dari kuncup menuai kelopak ranum. Hijau daun perlahan menguning. Mengisyaratkan umur kian udzur. Sebelum tanggal dari reranting, ingin kutuliskan sajak diatasnya terlebih dahulu.

Berkisah tentang senja dan dua angsa di kepala.

; senja

Menjadi labuh raga rapuh, berkeluh kesah akan lelah sesiangan. Para ksatria melepas gendewa dari pundaknya. Sejenak selonjorkan kaki di atas pepasir. Menjemput senja diselingi angin berdesir. Mematahkan pucuk ranting cemara. "senja selalu berharga untuk di nanti" Seperti menunggu kekasih bergaun putih. Menyimpulkan senyum di bibir merah jambunya. Menanti ulur dari tangan ksatria. Serupa sosokmu ; jejaka ranggi.

Yang kini tumbuh dua angsa di kepala. Dewasa tak selalu ditandai seberapa banyak angsa yang membiak di sana. Mereka hanya sebagai simbol atas angka yang tertera. Tutur ramahmu menakhlukan leher angsa-angsa itu. Menunduk. Takjub dengan caramu meramu laku hidup. Berkisar dari petualangan kembara. Kaki-kaki gagahmu menopang badai jentaka. Meloncati curam tebing di sela perjalanan. Ngarai memekik ramai, menggoda genit langkah yang hendak pamit.

Senja mulai beringsut manja di punggung bukit. Mengajak jejak beranjak. Malam menyeret tubuhmu pulang. "untuk hari ini, tibalah di rumah lebih awal!" Agar bisa kusisir rambutmu yang ikal. Memilah tempat tumbuhnya dua angsa di kepala. Biar kepak sayap mereka putih kemala. Terguyur oleh air telaga. Kemudian, akan kutancapkan pijar lilin di atas tanduk mereka. Menjelma hablur binar mata angsa. Sinau yang terpancar menyepuh usia. Mengulang detik pertama saat nafas penuhi rongga. Wujud roh pada raga. ; manusia. Telah genap rupanya, dua angsa berjejer di kepala. Paruh kuningnya mengelumitkan lirih bahasa"selamat mengulang hari lahirmu, kawan. Hibahkan senyummu dengan ikhlas, kelak akan kau capai puas"




Teruntuk Franly-ku yang berulang tahun
"semoga bekalmu kian matang
terunduh dari tungku harapan
setelah menanak mimpi dari jelaga semalam"


w.a.s 1005'10



SEBATANG LILIN DAN SEBOTOL KATA [oleh: Noval Jubbek]


: Fran HY

nyala
kan

lilin

se
bel

um

ro
k

ok
mu!

reguk tarian soda kata, dari dalam mata kita.


selamat ulang tahun saudaraku, Fran

10 Mei 2010 jam 18:22



JIKA KAMU INGIN MENJADI...(2 KEINGINAN) [oleh: Arther Panther Olii]


: Fran HY*


/1/
NINJA

adalah kehampaan yang menyapa pekat malam. tak dekat tak lekat ruang cahaya tuk leluasanya
kau sabetkan samurai rindumu. mana ada ketajaman jika kejam itu merajam dalam dendam yang
tak mau padam di rentang asmara yang retak oleh lara ?

o, lepaskan saja topengmu dan pudarkan asap kabut khilaf di sepanjang tiupan arah angin
kehidupan barumu. ambisi : kau jadikan ingatan yang selalu berbisik dalam pudar
bayang bayang. dan asa terakhir ; mengelupasalah di ekor cahaya yang menanti keinsafan
insan yang lebih mencinta damai daripada perang.


/2/
BATMAN

merupakan kedekatan kelam pada kekeliruan malam menyambut subuh yang teduh. dikiranya akan bergelantungan mimpi mimpi ; dikhayalkannya akan bergelayut harapan harapan. tapi siulan sang kelelawar selalu tentang kematian. dan itu artinya kau harus bangun.

ah, selanjutnya dalam gigil embun yang subur merimbun di pucuk galaumu, kau akan berjalan
di arah yang entah yang bakal lebih sesat. dan ini bukanlah siasat malam. hanya perlu kau
tumbuhkan kesadaran bahwa saat embun terakhir benar benar beku, kau sudah mampu
kepakkan sayap tobatmu menuju berantah yang menolak renta.


Gorontalo, 10052010.



ANTARA FRAN HY DAN PEMILU [oleh: Kang Arief]


Kuperiksa jeli berlipat surat suara
yang didalamnya terselip sajakmu
lekat lekat,sayangku mengusap
detail kuamat,hingga kepucuk ikalmu yang berkeluk

Kukunci wajahmu dibilik sembunyi
tak hendak kupersandingkan
karena kau unik,
dengan madah swarnadipamu

Bungsu,kubahasakan rindu
bersama ledakan mesra yang kulempar
didindingmu
perlahan kian kurasuki hidup
dengan contreng hangat,pada lembar kata pilihan kita

maaf saudaraku

Napas tua ini datang terlambat
terkendala distribusi otak yang merayap
tapi pasti, kusimpan rapat namamu dalam kotak hati
agar tak terusik hujan dan badai lintar sekalipun

Doaku :
Panjang napas dan bersinarlah selalu
bersama pilihan pilihanmu


Ngawi, 11 Mei 2010
Bungsu,met milad ya dan terus meroket (tiup lilinnya)



TENTANG DUNIA, KEHIDUPAN, KITA, DAN KAU, SAUDARAKU... [oleh: Yazid Musyafa]


: Kepada saudaraku Fran HY

I. Tentang Dunia

Sepertinya kita bermabuk pada pada keindahan hidup, saudaraku. Sedang Dunia ini pusing pada kontes warna, menanggung keras pukulan perusak yang ombak. Dalam portalnya, dunia ini tak muda lagi, dimakan usia yang semakin tak karuan, mungkin menuju akhir. Pun telah kita lihat dunia ini melahirkan robot-robot tiada nurani, kehilangan hati, di antara tinggi menjuntainya gedung bercermin angkuh, jalan beraspal serakah, rumah beratap dusta dan hutan tak berambut.

Namun dunia adalah dunia, kita adalah kita, bukan? Dunia pada kehidupannya, dan kita pada kehidupan kita. Maka biar kuceritakan sedikit padamu tentang kehidupan, kita dan kau, sahabat.


II. Tentang Kehidupan

Kehidupan adalah laut, telah pasang surut dan aliran. Hari-hari hanyalah ulangan cerita yang cemas, bintang-bintang luruh sebagai kapas; berpendar, lalu lepas. Ini adalah dunia yang terbangun, kedirian yang soliter. Diserap,sebuah laut tertutup dalam setetes; Hal bersinar dalam cahaya dan dalam kegelapan. Fajar hidup di balik itu. Selamanya, sebelum. Tidaklah ini memiliki batas-batas sebelumnya, tiada batas-batas belakang, mengapung di sungai waktu. Dan ini adalah rahasia keberadaannya. Ini adalah sinar bulan, percikan di batu itu berwarna warna itu sendiri, meski diresapi warna. Lihatlah, pada pada keajaiban yang ditimpa musim semi: Sungai itu, di ketinggian bukit, hijau daun dan tarian musik sendiri.

Dalam hati, setiap atom adalah denyut nadi kehidupan, memanifestasikan dirinya dalam tubuh.
Tidak ada kekhawatiran dengan kalkulus ruang. Karena bukit adalah butiran pasir. Perjalanan adalah awal dan akhir. Bunga bersemi dan menjatuhkan. Karena musim semi tak berlangsung selamanya.

III. Tentang Kita

Semua tentang kita larut dalam sungai waktu, sebuah rantai siang dan malam. Bentang jutaan gigabyte antara kita, serta waktu yang memisahkan kita tak menghalangi kebersamaan kita, untuk mabuk pada arak yang bernama puisi, tawa, canda dan sahabat:

Kita memabuk pada pohon kehidupan, menengguknya menuju keabadian nafas. Kita pun mabuk dengan anggur yang mencerahkan hidup, anggur yang mencandu dunia kita, anggur yang mengalir merdu dalam kotak musik hidup yang kekal, anggur yang mengungkapkan rahasia keabadian itu; Menyingkap rahasia. Karena kita memang bersajak bagi lapar yang abadi.

Sebagai api memekatkan gelombang asap, kita menyentuh hati untuk itu. Dalam gerak, dan tidak bergerak. Pun tetap dalam kesendirian yang bersama. lalu apakah surut aliran nafas kita? Tidak, bukan? Aliran nafas ini seperti pedang, sahabat. Kedirian adalah ketajamannya, kedirian adalah rahasia kehidupan. Ada, tiada jauh dari aku, kau dan mereka: Cerah. Karena cerah adalah yang terlihat dalam bias senyum bintang-bintang dan kilau mutiara dalam diri kita.Sepertinya surga kita ada di dalam kornea mata-Nya.

IV. Tentang Kau

Tentangmu, sahabat: Sepertinya rona warna ceria memoles lekuk wajahmu. Sama seperti benang-benang tawa canda dan ceria yang kau ulurkan pada sebilah tangan sederhana. Lalu kau terbangkan layang-layang rasa itu dibuai angin warna, menembus cakrawala kesendirian, melintasi pelangi harapan. Maka aku pun hanya ingin kau tahu, sahabat: "Itu indah..."

Tiada kau dan aku rasa, rupanya kapal hidupmu telah melewati lautan yang ke-22, setelah melayari riak nyanyian ombak. Maka pada pelangi harapan yang kau tiup, tinggal abu dalam batin yang takkan membatu: Karena yakinku kau kan melayang lebih tinggi, pada cakrawala visi akan yang kau kibaskan dalam kepak sayap-sayapmu. Melingkungi tempat padang hijau itu, sahabat...


Tegal, 120510 : 19.18

TENTANG PATAH HATI

on Senin, 17 Mei 2010
Kolaborasi Arther Panther Olii, kang Arief, Rangga Umara, Fran HY, Noval Jubbek, Lina Kelana, Enno Salsa II, Black Roseheart, Reski Handani & Yazid Musyafa



Sepi. Ruang dadaku semakin senyap, saat kau putus tak lagi mewarna pelangi yang pernah kita rakit, bersama senyum dan munajat. Ronanya membumbung langit , membuaiku dalam akut imaji, melupa waktu berdentang. Hingga dunia luruh ketika kau kata: ” Sayang, kita bukan menakar waktu, pun mengikat benang asmara. Kita bukan sedang merombak tatanan langit, pun bukan menyeret bintang tuk sinari wajahku untukmu. Mengertilah sayang, aku adalah bayangan”. Aku hanya diam, membungkam semua kata yang lahir dari rahim bahasaku. Kau sang mahkota hati, tega menyekap rasaku. Memasungnya dalam lingkaran asa semu. O mata air dari airmata, sekuat lentik tanganmu menaliku, sekuat itupun aku akan menjelma, menjadi sinar yang biasnya terangi jalan anak masa depanku.

O luka! Kukulum nikmat pedih selepasmu, bersama tempias potongan hujan di hati; kian sendu. “Lihatlah.., satu-satu menguning dedaun pada tumbuhan yang dulu kau tanam, lalu berguguran, berkulai diluluhlantakkan perpisahan kita.” Hanya menyisa dedaunan bayangmu yang tak jua retas di secawan waktu.

Terselip di bibirmu kelembutan dan bisa yang serupa hujan: Hujan tak lagi menampakan ceria, ketika embun dengan langkah pelan mencoba menggantikan matahari. "Setiap lembar daun yang jatuh dari mataku, itulah keindahan." katamu. sementara aku terdiam, membiarkanmu memutuskan benang yang mengikat angin asmara itu, kau hanya berkata "Waktu, waktu, waktu.". "Maka minumlah airmataku, wahai waktu. dan jelaskan pada waktumu, bahwa kau adalah waktu. dan aku anak waktu, sendiri" dalam balutan sepi."

Aku ingin memeluk wajahmu di pelupuk bulan. Setubuhi kembali bayang-bayang yang lama hilang. Aku mencoba mengenang seberapa banyak angka bulir airmata mengalir, dari sudut-sudut mata. Setelah perpisahan adalah satu-satunya pilihan. Aku ingin kembali singgahi peraduan bintang, mengais pilinan mimpi-mimpi kita yang belum usai.

Lengang mengendap malam malam. Ada nama itu berdetak di degup jantung. Serupa baru belajar berhitung, kueja sebegitu lembut. Kekasih, aku tak faham isyarat desir, aku tak mengerti ini usik risau. Yang aku tahu, mestinya engkau datang kali ini. Siangi rerumputan yang menjalar diam diam. Mestinya engkau benar benar di sini. ”Kekasih, di ruang mana engkau berpuisi. Masihkah padaku? Atau apa masih tentangku?” Di sini udara menjelma tuba. Menyobek rongga dada. Retaknya kian menganga. Rutuk merembes dari celahnya. Menekuk runtuh tegak tungkaiku. Mestinya engkau datang kali ini, kekasih.

Kelopak matak senjaku memerah, terbakar api yang kau tiup hari ini. Tahukah kau, bila matahari dan bulan memiliki sinar dan ruangnya sendiri? Dan rasanya itulah sebuah alasan mengapa kita tak bisa bersama. ”Terlukakah aku?” Itu tanyamu. Dan kini kuajak kau menatap matahari di atas sana. Lihatlah tubuhnya memerah panas tak menyisa teduh, seperti halnya dulu lagi. Dan itulah perih yang tak perlu panjang kuceritakan padamu. Aku masih bersama malam di mana dulu sarat kudengar tawamu,sambil mendekap tilas bibir yang kau lukis di dinding hatiku, yang di atas merahnya kutulis rindu. Aku masih di gelung bening bening embun, yang berlarian di dedaun talas talas hutan. Mengeja sebaris dan seulas wajah diatas kanvas yang telah carut. Meletak gatra pada gurit yang malam itu pernah kau tulis dengan air mata kita.

Ah… kau masih saja asyik merimba kata menyamak riduku. Tak sadarkah seburat luka selalu kau lukis; Menganga kala puja-puji kau jahit untuknya. Hatimu…, duri dan akar rasaku kau hujam meneracapi bumi. Semipun tiba namun kau hempas aku di sudut biru nan beku.

Lihatlah…, ini tanganku. Bertepuk sebelah lagi. Sekali lagi. Entah, mungkin aku tak sebanding dengan imaji yang kau hampar di separuh malammu. Atau bisa saja, kau memendam sosok lain yang tersimpan di sebalik foto yang kau taruh di bawah bantal tidurmu. Ah! Kini aku kembali menjemput sisa sisa malam sambil sesekali menghujat pagi. Berharap bayangmu memburam. Lalu hilang tanpa ada yang terkenang; Mati!

Kian asing kumaknai diri ini. Luka hati semakin menubir. Bicaraku adalah igauan abjad beku. Tiada laku pun tak berharga di pasar sepi. Selasar jiwa tak lagi berwarna tanpa hadirmu, yang senantiasa menjelma pelangi di tiap petak tanah kerinduan. Kepunahan asmara ini adalah kisah paling lara yang akan abadi, terpelihara di sisa jejak hidupku. Mungkin, esok akan kembali bersua senyum hangat mentari baru. Akan kembali bersitatap dengan sorotan teduh rembulan baru. Tapi, tidakkah ini tetap saja fatamorgana? Karena bintang yang seharusnya menemani tetap saja datang dari langit silam ; dirimu . O, airmata dari mata air lembah kepedihan. Sungkanlah mengalir tuk nyatakan rasa kehilangan ini.

Di ujung pintu waktu dulu, ketika aku mulai mengenal cinta, para Arif mengajariku tentang pahit bencana cinta dan kehilangan. Namun aku berpaling dari mereka. Hingga di ujung pintu waktu kini, Aku seperti burung kecil dari suram lembah jiwa, terbangun di pagi hari, meledak dalam lagu setelah pagi tua, dibumbui pahit anggur cinta. Api mendidih dalam diri seperti dengus sebuah ketel mendidih. Dua matamu tak mengalir bersama air mata: menghujamku dengan anak panah di hatiku yang patah. Aku bersandar seperti pinggiran jejahitan yang lepas dari sutra putih. Air mata mengalir turun di dadaku, mengingat hari bercinta. Namun, apakah terpendar asa dalam keruntuhan ini? Membawakanku pelipur lara? Bukankah penyembuh lara datang mengalir dari air mata? Saat angin pasir menyapu teluk derita, lalu pergi? Hingga pekarangan rumah hati yang tua menjadi sunyi.


150510 : 16.03. Antara Gorontalo, Ngawi, Bandung, Palembang, Malang, Babat, Yogyakarta, Martapura, Padang & Tegal dalam rasa yang sama.

PEREMPUAN MANIS

on Sabtu, 15 Mei 2010
: medina kamil

kau,
senama perempuan manis
hidang senyummu tak kenal amis
menghamparkan surga
mengabarkan tawa

O, engkau penikmat letup
sejuk tatapmu menyisa degup


15052010

UNTUK GADIS PENGETUK PINTU KAMAR

on Jumat, 14 Mei 2010
: mar

pada sunyi yang entah keberapa
kau ketuk kamarku dengan senyum ranum
lalu kau tiupkan pula sepoi pujian untukku
"ah, gerangan apa yang membawamu kesini?"
batinku meraba-raba

kutahu kau adalah kuncup bunga yang mewangi
sering kudiamdiam mencium wangimu
di taman depan kamarmu
kau tahu, harummu selalu menebar disitu

lalu dengan ragu kubalas pujianmu, dengan
terimakasih yang minim namun kujamin
tulus kupetik dari dahan hati
yang selalu kusiram, selalu kujaga asri

lalu kau ketuk lagi pintu kamarku esoknya
kau jamah sunyisunyiku yang lain
yang kusimpan di taman depan kamarku. akupun tersenyum
menatap jejakjejakmu yang kau tinggal di tepian sunyiku
tak ada pujian basi, sedia pula kau beri pupuk penyubur sepi

O kau yang menghiasi taman sunyiku
tak kuragu senyummu yang membius jemariku
untuk sedikit memberi penghargaan yang mungkin tak berarti, sebagai
balasan jejakjejak yang kau tinggal di tamanku

entah kau terima atau kau tepis
penghargaanku ini. terserah kau punya mau
namun di sisa kataku yang semakin menipis
kuharap kau tak henti sisipkan terangmu di gelap sunyiku



~ kertapati ~ 14032010

KIDUNG SAHABAT

on Sabtu, 08 Mei 2010
Kidung Kang Arif, Noval Jubbek, Rangga Umara, Arther Panther Olii, Fran HY & Yazid Musyafa

Tiap anjak jarum jam yang mengantarkan
Waktu pada masa yang tak pernah kembali
Atau ketika sunyi malam hendak setubuhi pagi
Ku tulis nama kalian pada sobekan kenang
Yang tak pernah hilang

Lalu kita saling mendekap,
Pada kekar bahu rasa sahabat yang tegap
Bangkitkan manusia kita pada pijak kata
Di jalan dunia yang kehilangan warna, buram
Di mana semua mesti tertimbang
Dalam timbangan dada dan kening yang hening

Mungkin kita akan sejenak berpaling
Meraih sejumput asa masing masing
Tiada asing ketika tertaut segala
Senyum rembulan dan tawa bintang
Mencipta lembayung kasih di wewujud bayang
Kehendak yang naif menjelma arif
Dalam lagam gaya yang berniscaya ; indah

Dan satu akan tetap digenggam lima jari
Biarpun pundak kadang ditekan mimpi
Ingin merengkuh segala tergantung
Menempuh jalur berbeda busur, tak akur
Disitulah satu akan mengingatkan
Menggeliat hangat dalam genggaman
Menebar ingatan, dimana tawa kita pernah tersimpan

Seperti dedaun meminumi embun
Pada bait-bait rahasia menunas cinta
Biarlah nuansa pelangi mewarna rembulan
Mempertemukan senyum-senyum kita
Hingga gelayut ragu, sengatan canggung
Hilang tanpa bekas di jalanan kata menuju rima

Pada lelayar lautan berkisah, saling
Menggelayut hangat disepoi angin
Mencandai angan, bahkan
Mencubit perak merekah di bibir rembulan
Menepikan kelam yang merudung malam.

Inilah kekidung warna-warni
Nyanyian kelopak di jantung sahabat
Menitik bening, menjernih
Menikmat jelang di taman pagi

*: Sahabat, mungkin tiada pernah kita berpegang tangan, bahkan sekedar saling menyapa muka. Namun kita yakin, bukan? jika Tangan Yang Segala selalu menjabat erat tangan-tangan kita dalam cara-Nya


040510 : 16.45; Menembus batas Ngawi, Malang, Bandung, Gorontalo, Palembang & Tegal

ELEGI LAYANG-LAYANG

Puisi Kolaborasi Arther Panther Olii, Fran HY, dan Yazid Musyafa



Di sini, aku masih saja menggengam
Sebongkah harap yang tersirat
Bersama rangkulan dan senyuman manis
Di setiap sua, di setiap nada sapa

Hendak ke mana ku cari angin?
Jika pada sendiku tertinggal sekat
Hendak ke mana ku jelajahi cakrawala?
Jika dalam rangkaku aku tertawan

Tiada letih kutafsir atmosfir
Menakar benih kasih tersemai
Dari taburan kerelaan di barisan putih awan
Meski sisa-sisa asa terus saja berkejaran

Masihkah angin membelai tipis benangku?
Telah kulabuhkan asa di ujung jemari
Namun kini ragu mengetuk pintu naluri
Lekaslah terbang menjauh, bisiknya mulai mengaduh

Menghambur, kutembus arus sangsi
Kutuju ketinggian jiwa
Dimana matahari membiaskan impian pelangi
Lalu melukis kanvas cakrawala

Dan aku akan terus melayang, menari
Memperjelas jejak hampa dinding langit
Di ufuk senja kupeluk damai
Sebersahaja mungkin kubuat lupa

: mengucap pamit




Gorontalo-Palembang-Tegal, 29.04.2010

PEREMPUAN KOPI

on Kamis, 29 April 2010
: erise anggraini


adakah, kau bersekongkol
dengan bubukbubuk kopi
yang kutebar sebar
di bulubulu mataku malam itu

atau mungkin, robusta
yang kau teguk
benar memesan tempat
di sudut bola mataku

mencoba bermainmain
dengan sunyi
mencoba bermainmain
dengan sepi


asal tahu saja,
aku ingin menganyam detak detik
yang lambat mengejar angin
ketika kita melihat
dua cangkir kopi hangat
terpacak di atas meja

entah kau
entah aku
terserah tangan siapa
yang menyulam itu
aku cuma ingini saja
saat itu suatu waktu


29 april, 2010

SUNYI MATI

on Jumat, 23 April 2010
sendiri

kugantung leher sunyi di tepi dini hari

sunyipun mati

dan ruhnya terbang menuju jemari sepi



april 2010

DINDING

tahukah, aku harus berlindung dari sengat terik mentari
dan menjauh dari lidah-lidah yang kering, untuk
sekedar menyapamu

aku juga harus sesekali bercampur dengan lumpur
dan setia mengintip dari belakang rerumputan, untuk
sekedar menjagamu

pun ketika kutahu kau juga merindukanku, aku harus pontang-panting
menggebrak ragu. merajam kaki yang tak mau diajak menemuimu
dan semuanya pasti berujung sendu

entah, setiap tanganku hendak menyentuhmu
ada dinding tebal yang selalu muncul di depan dadamu.



april 2010

RINDU ANGIN

on Minggu, 18 April 2010
I

kemarin,
setelah baru saja
selesai menyapa guguran
embun yang menempel
pada helai-helai
rumput di halaman, ia
datang mengetuk
kaca jendela
kamarku.
tanpa suara,
hanya
rasa.

lalu
kubuka
jendela
"apa kabar rindumu, kawan?
aku rindu mengantar suratsuratmu"

bisiknya pelan, sembari langsung
mengelus lembut
rambutku.

- dan bahkan anginpun
menanyakan kabar rinduku -


II

memang
sudah lama
tak kuselipkan
sepotong rinduku
di hembusanmu, angin.

sungguh,
bukan aku
tak ingin. namun
telah kutahu
ia merindu
angin
yang
lain.



dini hari, april 2010

SEPARUHKU

kulepas separuhku bersama angin
yang melintas ke utara
namun seluruhkulah yang sesungguhnya ingin
mengetuk kau punya jendela

~Maret 2010

PADA HENING RINDU

on Minggu, 11 April 2010
Rona puncak senja merebah di antara kita
Biaskan semburat jingga pada kursi pelangi
Kita bersandar di bawah rindang akasia
Menjemput hening dalam hati

Sapa bayu membuai kenangan kita
Melemas cemas pada pudar bayang-bayang
Kita hitung senyum gugur daun akasia
Rindu tetap menyibak pandang

Perlahan senja memudar
Kita balutkan rindu pada angin yang melintas
Melagukannya pada kedalaman tatap
Dimana hening kita berakar

Malam menjemput tanpa bawa kelam
Kita gegas rumuskan suatu gugusan rindu
Meredam gundah, mencipta nada
Mewujud rerupa nuansa di sisa-sisa asa
Saat kau atau mungkin aku
Memandang mataku atau matamu

Sayap-sayap hening lembut mengepak
Menganyam seribu rahasia diantara kita
Yang masih belum jua terungkap mata
Bilurkan getar-getar rasa
Ketika kau atau bila aku
Membaca hening di relung hati terdalam

Gulir malam kian buaikan hening
Kita terbius aroma penantian
Tenggelam, lesap bersama bunyi gugurnya dedaun
Irama degup-degup jantung terus teduh mengalun
Kala kau atau niscaya aku ;
Akhirnya memahami isyarat dari dua pasang bola mata

Sahabat, aku bukan mentari yang biasa menerangi
Namun aku terbakar jika kau disentuh api

Pun aku sahabat, yang bukan purnama di gelap malam
Namaku purna andai bayangmu terdera kelam


Tegal-Gorontalo-Palembang, 08042010

Puisi Kolaborasi 3 Sahabat: Yazid Musyafa, Arther Panther Olii, dan Fran HY

TENTANG SEPUCUK SURAT YANG KUSOBEK DI TANGANMU

on Senin, 29 Maret 2010
adakah kau tahu. ketika
aku diterkam pagi, embun
yang ditanam di depan rumahmu
selalu mengendap-endap
di kelopak
mataku.

karena itulah aku
sering diamdiam mencuri
sepasang matamu
yang telaga. mencoba
menyampaikan sepucuk surat
yang sering kutitipkan kepada
angin. tapi selalu, kusobek
suratku ketika sampai di
tanganmu.



plg ~ 23.53 ~ 27032010

JANJI RINDU

on Minggu, 28 Maret 2010
hidup adalah angin
terbang diurai bukit
mencari bayang di lembah

telah menangis bulan
di balik malam
memangku purnama

duhai, ruh segala rindu

akan kuheningkan
ombak di laut
demi labuh jangkarmu

dan kubentangkan
karpet merah saga
demi suci tapaktapakmu

lalu kusibak,
lebat tebal kabut
di serpihan tanyamu

seraya kupercikkan
bulir gerimis terakhir
di kemarau anganmu

o, rindu berpadu
sendu lesap : berlalu.



Malang-Palembang-Gorontalo, 24032010


Puisi Kolaborasi tiga sahabat: Noval Jubbek, Fran HY dan Arther Panther Olii. Facebook © 2010

DI SEPASANG BOLA MATAMU

: untuk N.A.

aku ingin berlamalama disitu, berteduh
di sepasang bola matamu. sungguh
terik dunia telah menghanguskan kulitku
menjadikannya hitam
menjadikannya arang

kadang terpikir olehku, lebih baik
aku lelap saja dimatamu. berlindung
dari sengatansengatan lebah penghisap darah
dan terbangun ketika tahi matamu menumpuk
disudutsudut matamu, lalu itu kubersihkan.

sesekali, aku juga ingin berenang
di tepi matamu, meminum air
yang tumpah disana.
sampai ia kering,
sampai ia tandas

o gadis, di hening bola matamu yang bening itu
kubangun rumah dan kubur untukku.



plg.23032010

BUNUH DIRI

on Rabu, 24 Maret 2010
sepiring nasi

di ujung bilah belati



~ 03.53 am ~ 19032010

AKU KALAH KINI, AKU MENANG NANTI

aku kalah, kini
terkapar di remang cahaya
di sudut gempita yang meriuh
aku tersumbat dalam gerak

entah siang atau malam sama saja
tak ada beda di mataku yang nanar
gusar meraba mimpi dan cita
namun aku selalu percayai

aku menang, nanti
di hari depan yang telah kusketsa
dengan katakata gemilang
yang siap kugapai, siap pula kuteguk

: pasti



plg ~ 00.59 am ~ 19032010

KELAM

kulolong sepi
coba samarkan ketakutan yang menyemut
singkirkan gemetar yang kuasa di diri
lalu nikmati luka bersanding dengan kabut

tak kurenggut bulan yang memantul di wajahmu
tersaji indah namun kulelap dalam bayang
tak pula kujambak rambut putih di rambutku
walau sesal kini menyatu padu dengan pilu

biarlah. biarlah aku menyambut maut dengan hati lusuh
kan kupanggil petir biar menyambar tulang leher dan kursi pijakku
kemudian kutinggal jejakku ketika nyawaku terbang jauh
kan terbaca kelam dan hitam di kertas putih yang baru



~ 03.40 AM ~ pinggiran kota pempek ~ 10032010

SIANG INI MALAM

on Sabtu, 20 Maret 2010
siang ini
ketika mentari gembira membagi diri

: kulihat malam tergantung di langitmu



07.03.2010

SETUBUH KATA

setubuh kata, menari di depan pejam mataku
gelap riang berwarna
merah, kuning, hijau dan biru

setubuh kata, lamat mendesis di ujung telinga
raba imingi beribu candu
tentang puisi, lagu, dan kupu kupu

laju kubuka mata
beringas pula kuisi tinta
namun setubuh kata itu tak lagi ada
ia pergi. lambat kujala sepi

ah, terlalu lama aku menikmati
hilang sigap merenggut cerita
tak lagi sempat jemariku tebari
musnah kata ditikam senja



01.38 ~ pinggiran kota pempek ~ 07032010

RINDU

on Selasa, 09 Maret 2010
: NA

kutepuk angin
lalu tanpa suara
kukirim suratku
tanpa cap jempol
tanpa tanda tangan
hanya sepotong rindu yang kuselipkan disitu

entah itu kan sampai
atau malah hangus disapa matahari
aku sungguh tak peduli

yang kutahu kini pasti
kukirim lagi sebuah surat
untukmu, wahai pengasuh mimpi



03.45 ~ pinggiran kota pempek ~ 07032010

KOPI DAN BIBIR

on Senin, 08 Maret 2010
kuseruput kopi di cangkir
sekejap hangat
bibirmu meraba

laju keringatku merona
dingin



01.47 ~ pinggiran kota pempek ~ 06032010

MAAF [2]

on Jumat, 05 Maret 2010
bukan aku tak terpercik aroma
bukan pula aku jumawa hilang cermin muka
namun rinduku tak ingin mengubah arah
dan degupku menemu sepotong wajah yang sama

jadi, kepada kalian para pengetuk pintu
yang tak jemu menabur gulagula rindu
tak lah sungkan kukatakan

: maaf, jangkarku ditambat di trengganu



03.03.2010

MAAF

lihatlah nisan yang kutancap
di beranda hatiku

: maaf, kutoreh namamu disitu




03.05, 2-03-2010

PANGGILAN UNTUK...

:kata

kepadamu yang ditunjuk rindu
dilumut sepi aku mengaduh
hanya jemari menari tak mengisi
ketika tinta dilumat bisu

ayolah!
basahi aku dengan tetes-tetesmu
tetes yang kan mengalir di tenggorokan sepi
lalu aku mencipta
leluasa menabuh imaji

dan malam ini kau kupanggil lagi
terserah lelah aku tak peduli
kemarilah, ayo kemari!
temani aku meneguk sunyi




~ pinggiran kota, 13 02 10

GITAR BISU

on Selasa, 16 Februari 2010
aku ingin memetikmu
mencabik senarmu satusatu
bersenandung lagu bimbang
meneguk cawan rindu

namun,
kini senarmu hilang satu
entah putus atau mampus aku tak tahu

akupun gamang
sumbang meradang
muram sekejap langit

tak ada tembang hanya bisu
pun tak ada senar baru, tentu
karena perutku butuh nasi
bukan lagu.


~ pinggiran kota pempek, Fran HY

DAUN TUA

on Selasa, 02 Februari 2010
:selembar daun tua meliuk-liuk di udara kemudian tersungkur rebah di atas tanah

pada daun yang itu
mataku hening mengeja

kering tulangnya yang patah
jua rapuhnya kulit disepai masa

anginkah yang jatuhkan lembar tulangnya?
atau malah ranting yang tak sudi lagi berbagi nyawa?

ah

terkadang tua itu serah dijarah
terkadang pula ada tamak yang memerah

entahlah,
sekarang aku ingin larut, membaca
gerak daun muda di pucuk ranting yang basah


~ pinggiran kota, 26012010

SEPARUH JANJI

on Senin, 01 Februari 2010
pagiku buram, pagiku terang
siangku temaram, siangku benderang
malamku kusam, malamku gemilang
hariku kelam, hariku gemintang

wajibku buntang busuk kuperam
haramku luruh peluk kutimang

langkah tersesat di lembah hitam
tanganmu lembut usapkan sayang

tuhan,
kutunai kau separuh janji
masih kau cintaiku seluas hati

. . .

CATATAN HATI

on Jumat, 22 Januari 2010
Bolehkah aku menyapa hatimu, wahai gadisku? di kala gundah tak lagi malu dan sembunyi, aku tak mampu menepis senyummu di bayangku, senyum madu yang menebar getar. Aku menyerah di tiap gigil rindu yang menerkam. Beribu kali aku melawan, beribu kali pula aku tertawan. Kini, rasa itu berarak mengelilingi sekujur diri, berkonvoi melewati jantung, memacak di hati. Wahai gadisku, bolehkah aku menyingkap tabir di hatimu? mengetuk syahdu pintunya. Ingin kubingkai lukisan indah hatimu, biar kupajang selalu di dalam hatiku. Mataku ini tak lelah menatap lembut matamu, jua ranum bibirmu. Sesungguhnya tak setetes pun keberanian menepi di diri ini, untuk sekedar melepas ikatan rindu padamu.

Wahai gadis salju…
Maukah kau menunggu datangnya keberanian itu?

-FHY, 21012010 - 03.32 WIB

SKETSA DI MATAMU

on Jumat, 15 Januari 2010
kembali kupintal lamunan yang sempat hilang
terusir sejenak
demi nafas yang tercekat
kaki-kaki di jantungkupun sempat berlarian
seiring bibirmu menerbit senyuman

bulan yang bersiul
kutetak dua sama rata
kugamit satu di tanganku pun ditanganmu
o bintang-bintang malam
kini sinarmu tumbang kalah benderang

: tadi, tepat ketika matamu membelai mataku
aku temukan sketsa surga itu.


-FHY, 13012010

ANGSA

on Rabu, 13 Januari 2010
aku ini penari buta
kan tetap gemulai
walau gulita sepanjang masa

akupun penyanyi yang cacat
tak punyai satu kaki untuk berpijak
namun semua tahu,
suaraku merdu syahdukan pilu

bahkan
tahukah kau kalau aku juga penulis cerita
ya, aku menulis walau aku tak bisa membaca

kawan,
bukankah angsa kan tetap angsa jua
sekalipun rahim bebek yang melahirkannya?


-FHY, 100110

ITU AKU

on Minggu, 10 Januari 2010
genangan air yang bercampur pasir
riak Dihembus semilir angin,
dingin
sepadan hembusmu, sejawat rasamu

genangan air yang kau injak
pecah sembahyang Retak
muncrat
menempel di betis tanah kaku
meresap Gerayangi laku

genangan air di Depan rumahmu,
aku


-08012010

RAUNGAN UNTUK SEBUAH NAMA

on Jumat, 08 Januari 2010
:dedikasi untuk Sahabat yang sedang patah hati



engkau
lidah pengumbar bulanbulan
nafas yang mengendus pertengkaran
merebak tinggalkan serpihan Jejak
hunjamkan perih

engkau yang selalu Gemingi harap
di ujung senja aku meratap
kau tak tahu, kureguk hambar di setiap manisan

akhirku;
salam untuk pangeran Ciptamu
hormat sembah untuk mimpi-mimpimu yang berarak
dariku yang Tetap berdiri
lantang Teriak di fajar pagi


Fran HY, 07012010

HAMPA

on Rabu, 06 Januari 2010
angin meraung mengumbar sepi
kosong sunyi serentak memeluk

hampa

jiwa-jiwa pergi entah kemana
hanya lautan bisu yang mengombak
memecah bening yang mengalir

sudut-sudut ruang yang kujamah
mencari sisipan terang
liar merenggut harap
namun hanya goa gelap kemana melangkah
hitam makin dalam mengikat sunyi

sepi


Fran HY, 01:43 06012010

BEBERAPA PUISI/SAJAK YANG PERNAH KUPOSTING DI PENULISMUDA.COM

on Minggu, 03 Januari 2010
BIRU DAN KELABU

Biru tembok kamar ini
Sebiru samudera yang bergelombang
Sebiru langit yang membentang
Apa beda biru dan kelabu?
Untuk menggambarkan buramnya sesuatu,
Mengapa harus kelabu?
Mengapa bukan biru, merah jambu, atau ungu

Kelabu…
Kapan kelabu berubah biru
Tenggelam di dasar samudera biru
Terbang jauh ke atas langit biru…
-2008


BAIT-BAIT SENJA

Bait-bait senja disuarakan
Langkah-langkah berkejaran menuju kekhusyukan
Diiringi serbuan malaikat penghuni surga
Hening tercipta tenteram terasa

Syair Illahi mengalun pecahkan kesunyian
Cairkan jiwa yang membeku
Luluhkan hati yang mengeras
Hembuskan kedamaian dari tiap nafasnya

Dada bergetar,
Hati merintih,
Mata berkaca-kaca,
Meratap di akhir ujung senja
Menyerahkan raga kepada Sang Pencipta
Senja pun akhirnya pulang
Tapi, bait-bait itu tetap akan disuarakan
Tetap akan dinyanyikan malam
Ditemani cahaya bintang dan sinar sang bulan
-2008


SOMEONE IN SOMEWHERE IS MADE FOR ME

Santai saja wahai jiwa
Tak usah engkau terlalu gelisah
Biarkan saja mereka,
Biarkan mereka yang beradu cinta di pelupuk mata
Tak usah kau hiraukan mereka

Karena disana…
Entah dimana…
Diciptakan seorang wanita
Ditiupkan roh dari surga
Untuk diriku, untuk menyejukkanmu
Jadi, santai saja wahai jiwa
-2008


NAFSU SENJA

Tolong aku cinta..
Diriku ini selalu gelisah
Tatkala aku teringat si dia

Bantu aku cinta..
Membuktikan rasa ini
Melepaskan hasrat ini

Aku hanya manusia biasa
Yang lemah dan tak berdaya
Tanpa kuasa dari-Nya

Aku ingin murni cinta
Bukan sekedar nafsu senja
Yang hilang ditelan gelap malam
Esok ia datang, kemudian ia menghilang
-2008


CINTAKU

Mungkin cintaku cinta Rahwana,
Yang tak pernah dipinta Dewi Shinta..
Atau mungkin cintaku cinta Rachel untuk Farel*,
Yang tak pernah terungkap sampai ajal menyapa..

Bisa saja cintaku cinta Soe Hok Gie pada alam,
Yang tetap menggelora walau raga tak lagi bernyawa..
Atau mungkin cintaku cinta Chairil Anwar,
Yang membuatnya ingin hidup 1000 tahun lebih lama..

Tapi aku bukan siapa-siapa diantara mereka..
Aku hanya seorang pengagum auramu,
Yang lidahnya kelu kala bersua,
Yang tulangnya keropos kala bertatap muka
Yang jiwanya melayang kala melihat matamu
dan aku hanya bisa menyiratkannya..
-2008

* Tokoh di Film 'Heart' yang diperankan oleh Nirina dan Irwansyah

SKETSA AWAL TAHUN

on Jumat, 01 Januari 2010
aku jiwa
haus nurani yang pergi
setelah kepak sayapku tak bertaji

antara Kau dan aku saja, Pemilik Jiwa..
terang ingin kumasukkan ke dalam kantong celana
biar bisa kubagi kepada mereka

Fran HY, 01012010